1.20.2009

Satu Suratku (Saat Kamu Selingkuh)


Dear my love,

Waktu kamu bilang, bahwa aku adalah satu-satunya dan segalanya untukmu, aku percaya saja pada omong kosong itu. Aku telan mentah-mentah, semua sampah yang keluar dari mulutmu. Tapi kini, aku tidak tahu apa yang sedang kamu cari?

Mungkin mencari seorang pengganti diriku yang lebih baik, atau sebut saja kamu mencari-cari alasan yang tepat untuk berselingkuh.
Meninggalkan aku di sudut kota yang muram, lalu melihatku mati beku karena dinginnya cinta di hatimu itu.
Kini kamu lebih senang bersenda gurau dengan seorang wanita berbeda pulau. Daripada menanyakan kabar tentang kesehatanku yang kian memburuk.

Kamu mengatakan seribu alasan ketidaknyamanan, kejenuhan, kemudian berlalu dengan seribu kesenangan di pangkuan perempuan lain. Aku bertanya, sebegitu cepatkah cintamu menghilang?
Hanya karena tidak nyaman, dan jenuh, lalu kamu meninggalkan aku.

Mungkin saatnya bagiku pun meninggalkanmu. Tidak ada yang salah, kamu tidak salah, aku pun tidak merasa salah. Hidup berubah, berotasi bagai roda.
Ada saatnya bagimu merasakan bahagia tidak denganku lagi, akhirnya aku pun mengamini perilakumu. Dan ada saatnya bagiku merasakan hal yang sama.
Aku tidak ingin merumitkan jalannya takdir. Jika sudah tertulis, bahwa kita tidak berjodoh, maka untuk apa diteruskan semua ini?

Ketika aku mati di sudut kota, lalu ketika kamu bermain cinta dengan yang lainnya, jangan khawatir, sayang, aku siap bangkit untuk mencari cintaku sendiri. Karena hidup berotasi bagai roda.

Love & Hug always...


Aku letakkan surat itu di atas meja kecil, di samping tempat tidurnya. Dia masih berada di balik selimutnya, ketika aku pergi membawa serta kedua buah hati kami.

Satu tempat yang kutuju, sebuah hidup yang baru, yang lebih indah bersama kedua anakku.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar/Comment